Selatan News, Temanggung – Film pendek dokumenter ini dalam proses produksi dengan skenario yang sudah matang, bahkan telah dimulai dengan launching format gagasan awal dengan Jaming dan live dialog berperspektif kebudayaan yang bisa disaksikan di YouTube channel.Selain kelanjutan serial dari film dokumenter Sajak Reuni produksi OFS SMANSA NEWS (Alumni SMA 1 Temanggung angkatan 83).Dalam film Sajak Reuni juga sama sudah mengingatkan kecurangan TSM pemilu dengan politisasi Bansos dan modusnya.
Film berdasarkan Dialog Kebudayaan dan Hukum
Agus Sapto Prasetio-Heru Atna dimulai
Fade In Musik tempo progressif energetik dan synkup.Close Up-SAH (Sosok Alumni Hukum /Agus Sapto Prasetio)-Medium Close Up-Dengan setting artistik literatur dan back round Lukisan Rose n Jasmine Revolution-Musik Fade Out.
SAH ekspresi gamang agak meradang seolah membaca tanda-tanda anak jamannya (fenomena gerak suara kampus). Mahasiswa rasanya telah direpresi sejak dini, ketika rektor pun terkoptasi sebagai salon pencitraan atau pemenuh syahwat mabuk kekuasaan dan pencitraan junjungan, dengan imbalan kursi komisaris.SAH kemudian menyaksikan sebuah pentas jam session Poetic Jazz Heru Atna (Sosok Jurnalis Kebudayaan) dan Gusti Arus (Sosok Musisi Pelajar) bertajuk Berangus Virus OPB (Orde Paling Baru).
Edited Scenes KALEIDOSKOPI yang merepresentasikan sebuah orasi kebudayaan, forum kampus, berita politik kontemporer media massa mainstream, sosmed dan seterusnya.
Lalu berkumandang Tembang Sajak:
bencana dan aib besar itu
bapak mencetak putranya
jadi anak haram konstitusi
politik dinasti instan anti demokrasi
sedang bapak hanya boneka karet neokolonial oligarki dan asing
o’ hanya bangsa yang lemah dan sakit
membiarkan negara gagal
rusuh hukum rusak moral
jangan biarkan
“orde paling baru” kata mahasiswa
berangus virus mental orde paling baru
REVOLUSI!!!
Musik Fade Out langsung berkesinambungan Dialog (Interview Jurnalistik) ihwal Mendesak Setting Ulang Reformasi Dengan Politik Kebudayaan Yang Cerdas. Meliputi Isue Peka:
1.Perkawinan Ganjil Ekonomi Pancasila dan Neoliberalisme
2.Mendeteksi Dini Penyebab, Arah dan Bentuk Dekulturisasi Bangsa Sebagai Akibat Dominasi Neoliberalisme
3.Efek Dominasi Rezim Oligarki,Partai dan Politik Dinasti Terhadap Kehidupan Demokrasi Indonesia.
4.Strategi Kebudayaan Menghadapi Rongrongan Neoliberalisme Berbasis Pancasila dan Naskah Asli UUD 45.
Latar belakangnya: Demokrasi Multi Partai masih ilusi besar, tidak memberikan kemajuan bangsa.Alih-alih memberikan pencerahan ternyata malah menghasilkan paradox baru dan anomali. Elite Penguasa,pejabat , anggota DPR, aparat hukum, bahkan para pendidik bertumbangan masuk penjara terjerat korupsi berjamaah.Bahkan para pembantu presiden banyak yang terjerat skandal korupsi dan mafia, yang masuk penjara dan tak tersentuh hukum maupun yang tersandera untuk kepentingan politik Junjungannya.Politik Dinasti makin menyolok tanpa malu mempengaruhi (cawe-cawe) partai, parlemen dan konstitusi, juga pemilu curang TSM, MK, KPK dan sebagainya.
Ini seperti set back ke lumpur masa lalu kita sebagai bangsa feodal dan bekas terjajah yang sesungguhnya bermental miskin dan anti demokrasi.Celakanya lagi bermental boneka karet Neo kolonial oligarki dan asing.Terkoptasinya pers, selain para rektor, sebagai salon pencitraan politik dinasti dan oligarki (Kabinet Buzzer Maju), lemah sekali kontrol sosial dan standart etika dan patah tiang demokrasi kita.Rakyat tinggal yatim piatu, negara gagal , salah satu bukti saat ini mungkin sudah 90 % kekayaan sumber daya alam seperti tambang, hutan dan lautan NKRI jatuh ke tangan asing dan di back up UU produk konspiratif kepentingan asing, oligarki,politik dinasti, partai dan birokrasi.
Situasi Kompleks chaostik semacam ini diperlukan sebuah strategi kebudayaan baru memulihkan kerusakan akhlak dan moral bangsa, dengan etos kebangkitan dan manajemen krisis multi dimensi ini.Menuju Demokrasi lebih bermartabat dan memberikan jaminan bagi dihargainya kesederhanaan, integritas,kreatifitas dan kohesivitas serta kepedulian oleh seluruh anak bangsa.Juga moratorium ditegakkannya supremasi hukum dan bekerjanya kecerdasannya masyarakat luas dalam mengambil manfaat positif dari abad Tekhnologi Informasi dan globalisasi, serta efektifitas menyaring residu globalisasi.
Itu dipaparkan Agus Sapto Prasetio (SAH) Alumni Hukum Undip yang nota bene direktur sebuah Bank Pemerintah, tentu saja dengan segala resiko dan konsekuensinya. Bahkan saat dikonfirmasikan mengenai kapasitasnya dengan tenang berujar:”Hidup sekedar mampir minum,sangat singkat dan fana, harus menjadi manfaat untuk selamat dunia akhirat.Sekali Berarti Sudah Itu Mati”.
” Mas Bro Agus Sapto Prasetio!Jika mendesak setting ulang reformasi dengan politik kebudayaan yang cerdas, tentu dimulai ditegakkan supremasi hukum, tolong berikan semacam kronologisnya…” Kata Heru Atna (SJK), sutradara yang juga masih Ketua Alumni Front Depan Reformasi (Organisasinya yang tidak berminat politik praktis).
SAH langsung sambung; Karena Pemilu carut marut penuh pelanggaran dan kejahatan, kebohongan dan pembohongan, intimidasi dan pemaksaan, kecurangan dan kelicikan, tidak jujur dan tidak adil, maka demi menjaga persatuan dan kesatuan NKRI yang menjunjung tinggi moral, akhlak dan etika dalam berbangsa dan bernegara, maka:
1. Masyarakat yang masih berpegang teguh pada konstitusi harus melawan sekuat tenaga agar NKRI aman dari kembalinya Rezim berpaham Otoritarianisme yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
2. DPR sebagai wakil rakyat harus menggelar Hak Angket sesegera mungkin diteruskan Interpelasi dan bahu membahu dengan MPR sekuat tenaga melawan kembalinya Rezim yang berpaham Otoritarianisme yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
3. MPR harus turun ikut cawe² menegakkan konstitusi, jangan pasif menunggu NKRI hancur dikelola Rezim berpaham Otoritarianisme yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
3. TNI, POLRI, ASN sebagai pelindung dan abdi negara sekaligus abdi rakyat harus berdiri di belakang barisan penegak konstitusi, jangan berdiri dibelakang Rezim berpaham Otoritarianisme yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
4. Mahasiswa, dosen dan seluruh keluarga besar Perguruan Tinggi harus bergerak cepat mencegah kembalinya Rezim yang berpaham Otoritarianisme yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
5. Ulama dan pemuka agama dan seluruh umat beragama harus bergerak cepat mencegah kembalinya Rezim yang berpaham Otoritarianisme yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
SJK:Sudah lengkap atau sempurna ya syarat sebuah revolusi, kehendak perubahan radikal,kesadaran kolektif masyarakat dan ada musuh bersamanya.Penguasa yang merusak hukum dan moral , jadi rakyat dan adik2 mahasiswa yang menuntut pemakzulan presiden itu konstitusional?
SAH:Orang yang tidak punya ETIKA tidak mampu membedakan tindakan itu merupakan KEBENARAN atau tindakan itu merupakan KEBATILAN atau tahu tapi karena tidak punya ETIKA maka menjadi tidak tahu mana yang merupakan KEBENARAN dan mana yang merupakan KEBATILAN. Jadinya segala tindakan, perbuatan, tindak tanduk dan tabiatnya SESAT, sesesat²nya.. na’udzubillah….
Harus ada perubahan !!! Rezim Penguasa, kroni²nya dan penerusnya sudah keterlaluan sekali, tidak mampu membedakan KEBENARAN atau KEBATILAN.
Makanya bisa dipahami semestinya.. pilih capreswapres yang:
1. tidak melanggar etika
2. tidak KKN
3. tidak menciptakan dinasti
4. tidak memanfaatkan aparat
5. tidak melanggar UU
6. tidak merendahkan konstitusi
7. tidak nunggangi bansos.
Jangan Pilih yang:
1. melanggar etika
2. melakukan KKN
3. menciptakan dinasti
4. memanfaatkan aparat
5. melanggar UU
6. melanggar konstitusi
7. memanfaatkan bansos,
Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita rakyat NKRI.Aamiin ya Allah.
SJK: Daya kritis kolektif masyarakat melemah, bahkan Hak Angket DPR yang diharapkan sebagai benteng trakir penegakan hukum pun mati angin, Presiden makin takabur dengan kecurangan TSM-nya dalam pemilu demi dinasti politiknya sendiri…
SAH:La ya memang kayak gitu, semua disandera pakai duit sama jabatan:
1. Pimpinan Partai diancam pakai kasus hukum. Kalau mendukung kasus dihentikan dan tetap menjadi ketua Partai.
2. Anggota Dewan dihajar pakai tekanan kasus hukum karena korupsi. Jadi korupsi Dewan sengaja didiamkan yang dimanfaatkan Rezim Penguasa saat ini.
3. Pucuk pimpinan Aparat dikasih jabatan dengan kontrak konsisten mendukung Rezim Penguasa dengan tambahan kontrak mengkondisikan aparat dibawahnya.
4. MK disusupkan kroni²nya untuk berperan menyelesaikan dispute terkait pemilu atau konstitusi dengan kontrak harus memenangkan Rezim Penguasa.
5. KPK dihajar juga dengan kasus² hukum yang menjerat komisioner² nya.
6. Menteri² diberikan fasilitas korupsi, didiamkan selanjutnya dijadikan senjata menyandera.
7. Kejagung dipasang kroni²nya dengan kontrak mengintimidasi lawan² politik Rezim Penguasa.
8. Masyarakat sipil dijanjikan pekerjaan untuk memperoleh cuan dengan kontrak menyebarkan propaganda mendukung Rezim Penguasa.
9. Pengamat² politik dikasih cuan dengan kontrak berpendapat mendukung Rezim Penguasa di setiap pendapatnya termasuk dari Perguruan Tinggi tertentu.
10. Bahkan rakyatpun dibungkam pakai Bansos.
Alhasil betapa kuatnya Rezim Penguasa!
SJK: Sementara tak putus arus ikhtiar gerilya jalan kebudayaan ini, feelingnya dari arah mana saja perlawanan berarti dan menemukan musuh bersamanya?
SAH:Menggerakkan civil society, kampus², pemerhati² politik, budayawan², ormas² yang memiliki independensi bergerak, parpol² di luar pagar. Selalu menyuarakan demokrasi yang benar² dimaksud dengan demokrasi…
Sayangnya anak² milenial belum paham bener arti demokrasi, mereka tidak mempelajari sungguh² apa yang dimaksud dengan demokrasi, freedom of speech, freedom of union, freedom of expresion… harus sabar membuka cakrawala mereka perihal demokrasi…
Tetap harus diperjuangkan pelan tapi pasti, berjuang secara substansif membangun nilai² berbangsa dan bernegara dengan menyadarkan bahwa dalam negara demokrasi rakyatlah yang berdaulat.
Sadarkan pula bahwa dinasti politik itu salah, bahwa dinasti kekuasaan itu salah, bahwa otoriterisme itu salah, bahwa pemusatan kekuasaan itu salah, bahaa eksploitasi kebodohan rakyat itu salah, bahwa eksploitasi sumber daya alam perlu dikontrol oleh rakyat dan seterusnya dan seterusnya!
Sampai penghujung film Theme Song Fade In-Kembali Edited Scenes KALEIDOSKOPI Aksi Mahasiswa,
SAH mulai membacakan pesan perjuangan layaknya senior kepada adik2 mahasiswa.
Merdeka!!!Adik2 Mahasiswa yang tercinta, ini aksi konstitusional dan rahmatan lil Al-Amin.
PUASA,REVOLUSI CINTA!
Ihwal kusut masyarakat (kompleks chaostic dan sakit) memang dibikin kusut penguasanya yang bermental kusut ruwet sebagai eksploitasi dan manipulasi candu politiknya. Politik mesum, melulu syahwat mabuk kekuasaan, materialisme dan pencitraan. Sama sekali bukan politik kesejahteraan dan kebudayaan.
Tapi masyarakat kusut ini sebagai yang teraniaya, jangan dilihat semata objek penderita, harus diberdayakan sekaligus jika yang harus kita bela.Persis fungsi pers sebagau kontrol sosial, memberikan kesaksian dengan fakta dan data, jika harus berpihak pun pada yang tertindas.Persis lagi ajaran agama kita, bahwa sama berdosanya membiarkan kezaliman berlangsung, dengan masyarakatnya yang terbius kultus buta junjungan pula(musrik) .
Lalu kenapa dengan Revolusi Cinta?Kehendak perubahan radikal merdeka dari penindasan, dengan segala konsekuensi,cobaan ujian,resistensi, sebagaimana takdir pasti para martir syuhada. Apa Revolusi Cinta?Seperti halnya puasa kita, kehendak paling radikal,dimulai dari dalam diri,mengatasi air bah maha dahsyat syahwat, melawan tirani di dalam dan di luar diri, berdayakan jiwa2 teraniaya atas kemenangan puasa atau revolusi terbesar kita.
Maka revolusi cinta ihwal terdekat kata cinta, manfaat untuk keluarga,kekasih, kebudayaan, agama,bangsa dan negara.Revolusi cinta etos kebangkitan dan manajemen krisis sebagai kesadaran kolektif bangsa.
(Nugroho Nurcahyo/Harian Jogja)
__________
BERANGUS VIRUS OPB
Sutradara dan Theme Song: Heru Atna
Skenario: Agus Sapto Prasetio dan Heru Atna
Kamera: Fanny, Gusti Arus Muhammad
Editor dan Sound Eingenering:Ibnu Dharmawan
Peran Sosok Alumni Hukum:
Agus Sapto Prasetio
Peran Sosok Jurnalis Kebudayaan:
Heru Atna
Peran Musisi Pelajar:
Gusti Arus Muhammad
Penata Musik/Vokal
Gusti Muhammad
Produser:
Agus Sapto Prasetio Syndicate Present