Kediri, Selatan News – Sejarah baru terukir di dunia pendidikan tinggi Islam Indonesia. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri secara resmi bertransformasi menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) yang dikeluarkan pekan lalu. Acara seremonial penyerahan dokumen akan digelar di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, pada 26 Mei 2025.
Lebih dari Sekadar Ganti Nama
Transformasi ini membawa perluasan mandat akademik yang signifikan. UIN Syekh Wasil kini berwenang membuka program studi lintas disiplin, termasuk sains, teknologi, dan ilmu sosial, yang sebelumnya terbatas di bawah status IAIN.
“Ini bukan sekadar perubahan administratif, tapi lompatan besar untuk menjawab tantangan pendidikan global sambil menjaga khittah keislaman,” tegas Rektor UIN Syekh Wasil Kediri dalam siaran pers.
Pandangan mahasiswa: Peran UIN dalam Membangun Harmoni Kebangsaan
Deddi Fasmadhy, mahasiswa Program S3 Doktor Studi Islam UIN Syekh Wasil, menyoroti potensi kampus ini dalam riset literasi untuk memperkuat harmoni kebangsaan:
“UIN harus menjadi laboratorium dialog ilmu agama dan sains. Misalnya, mengembangkan model pendidikan moderasi pada nilai nilai sosial budaya pada kajian Islam.
Deddi merujuk pada hasil riset terbaru kampus (2022-2024) yang menunjukkan:
Program “Qur’anic Ecology”: Integrasi nilai ekologi Al-Qur’an dengan kearifan lokal Jawa Timur.
Kajian Antropologi Digital: Analisis konten media sosial untuk memitigasi radikalisme.
Kolaborasi dengan Pesantren: Pelatihan literasi multikultural bagi santri.
“Nama Syekh Wasil yang diambil sebagai identitas baru juga simbolis. Beliau adalah tokoh yang mendamaikan tradisi Islam dan budaya Jawa,” tambah Deddi.
Dampak Transformasi
Akademik: Pembukaan prodi baru seperti Teknologi Halal dan Psikologi Islam.
Ekonomi: Kemitraan dengan industri halal Kediri untuk pengembangan UMKM.
Global: Jejaring dengan universitas Islam di Maroko dan Turki.
Jalan ke Depan
UIN Syekh Wasil Kediri menargetkan:
Masuk 500 besar universitas Islam dunia (QS Ranking) pada 2030.
Menjadi hub penelitian moderasi beragama di Asia Tenggara.“Selaku mahasiswa, Kami akan terus menguatkan riset yang membumi, seperti studi harmoni sosial berbasis fikih lingkungan,” tutup Deddi.