Selatan News, Jakarta – Stigmatisasi islam atas tindakan stratejik kekuasaan mendapat perhatian Ketua DPW Partai Ummat DKI Jakarta, Imawan Renwarin. ” Terminologi asing pada dialektika politik kebangsaan dengan mendorong mayoritas muslim yang terjadi saat ini merupakan kesalahan pada konsep seperti terorisme, radikalisme, intoleransi, dan politik identitas” ujar imawan.
Partai Politik di Indonesia itu tambah Ketua DPW Partai Ummat DKI Jakarta ini pada dasarnya menggunakan strategi politik identitas untuk meraih kemenangan suara dengan menunjukkan keakuan identitas masing masing. “Namun yang tidak dibenarkan adalah pada penggunaan kekuatan politik dalam mendominasi meremehkan hingga menekan kelompok lain menjadi termarjinalkan” ujar imawan.
Islam bukan hanya agama yang mengatur persoalan individu secara ibadah, kembali Imawan menambahkan, namun lebih luas lagi mengatur urusan kehidupan. ” Sebagai alat kontrol pada persoalan politik kebangsaan dan kenegaraan agar kekuasaan tidak mendominasi pada arah kebijakan yang merugikan rakyat yang muaranya terjadi kezaliman arah kebijakan” ujar imawan.
Disisi lain tanggapan stigmatisasi Islam ini menurut Fasmadhy Satiadharmanto salah seorang mahasiswa S3 Doktor Dirasat Islamiyah salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri di Jawa Timur ini, isu politik terangkum dalam Al Qur’an pada Surah Ali-Imran ayat 26, Ali – Imran ayat 189, dan Al-Baqarah ayat 282 menjadi isu penting, relevansi ketiga ayat tersebut dengan situasi Politik saat ini yang mabuk dalam kekuasaan oligarki.
“Implementasi dialektika politik beririsan dengan Islam terselubung dengan menggunakan terminologi asing seperti terorisme, radikalisme, intoleransi hingga politik identitas digunakan untuk memecah belah Ummat Islam” pungkas Fasmadhy.
Mahasiswa S3 ini menambahkan istilah istilah terminologi asing pada penggunaan suka suka, semau gue tidak menggunakan logika dan kecenderungan tidak ada etika politik. ” Hal ini tidak sinkron dengan kultur sosial masyarakat Indonesia yang beradab, suka bergotong royong membantu sesama” jelas Fasmadhy.
Perlu dilakukan rejuvenasi Islam, Fasmadhy menambahkan seperti internalisasi nilai nilai Islam lewat kajian shubuh yang dilakukan masjid masjid melalui himpunan untuk penguatan Keummatan dalam merespon kondisi jaman agar tidak berimplikasi pada keterlambatan kemajuan sosial ekonomi dan sosial politik. Selatanews// Abdul Jaudat